Dibesarkan dengan kehadiran perempuan-perempuan kuat di keluarganya, Kania Annisa Anggiani terpengaruh dengan cara berpikir yang membawanya menjadi perempuan yang seperti sekarang (istri, ibu, dan wirausahawan). Seiring dengan dunia yang saat ini terinterupsi, kami menyesuaikan rencana dari yang tadinya akan melakukan pemotretan dengan sebuah sesi video call selama satu jam untuk membicarakan tentang pembawaannya, feminisme, dan bagaimana dia menjaga kesehatan mentalnya selama masa seperti sekarang.

Kania Annisa Anggiani si Perempuan yang Lembut

Apa kabar? Bagaimana kondisi bekerja dari rumah yang sedang Anda jalani?

Menantang. Meski Chic & Darling tadinya berawal dari garasi, tidak membuatnya jadi lebih mudah untuk Saya dan tim membiasakan diri dengan situasi bekerja dari rumah ini. Jadi kami perlu melakukan penyesuaian lagi. Ini proses belajar dengan melakukan.

Anda memulai Chic & Darling tujuh tahun lalu sebagai cara untuk mengatasi depresi pasca melahirkan. Seperti apa perjalanan ini bagi Anda?

Dalam banyak hal perjalanannya seperti naik roller coaster, seperti yang dialami wirausahawan lainnya. Khususnya bisnis ini dimulai sebagai industri rumahan dan Saya sama sekali tidak punya latar belakang bisnis. Jadi semuanya adalah pengalaman belajar dengan melakukan. Bahkan sekarang, selama pandemi ini, Saya belajar dari awal lagi karena ada banyak ketidakpastian ketika Anda adalah seorang wirausahawan. Ketika Anda memiliki bisnis sendiri, perusahaan sendiri, Anda harus siap untuk menghadapi tantangan apapun. Ada masa di mana ketika Saya kekurangan modal sehingga harus menggunakan uang pribadi untuk membayar karyawan dan berhutang pada suplier. Tapi semuanya telah menjadi pelajaran bagi Saya dan tim.

Media sosial Anda dipenuhi oleh pesan positif seputar self-love, pengembangan diri, dan pemberdayaan perempuan. Bagaimana Anda mempertahankan pandangan hidup yang positif? Apakah itu juga nilai inti dari brand Anda?

Sepertinya iya, cara berpikir seperti itu menjadi nilai inti brand sejak Chic & Darling pada dasarnya adalah manifestasi dari pikiran Saya. Jadi apapun yang kita bicarakan, mau itu pemberdayaan perempuan, toleransi, atau hal lainnya, pada dasarnya adalah hal yang menjadi passion Saya. Saya merasa terdapat tujuan di balik semuanya karena Saya ingin menjadi penganjur yang baik untuk topik-topik tersebut. Tidak hanya karena saya punya passion pada topik-topik tersebut, tapi juga Saya merasa punya kewajiban untuk menggunakan platform tersebut untuk mengomunikasikan sesuatu yang sangat jarang didiskusikan karena kami memiliki audiens dalam jumlah besar. Jadi, ya, sepertinya semuanya adalah manifetai pikiran Saya yang kemudian divisualisasikan dalam sebuah bentuk postingan blog, kutipan, atau tips yang bisa Anda temukan di berbagai platform Chic & Darling.

Bisa dibilang Anda dan Chic & Darling yang memulai percakapan

[Tertawa] Ya! Kadang kami harus memberanikan diri untuk memulai percakapan. Karena jika tidak ada yang cukup berani untuk memulai pembicaraan, maka tidak akan ada orang yang akan membicarakannya.

Apakah Anda selalu merasa nyaman dengan diri sendiri sedari kecil, atau hal itu adalah sesuatu yang butuh proses?

Hal itu selalu menjadi sesuatu yang butuh proses karena, seperti kita tahu, hidup manusia ada pasang surutnya. Permasalahannya adalah, kita tidak benar-benar mengekspresikan kecemasan emosional pada media sosial. Mungkin memang ada orang-orang yang melakukannya dan itu tidak apa-apa, tapi Saya tidak bisa. Meski begitu, jika dilihat baik-baik, Anda mungkin bisa merasakan ketika Saya sedang sedih atau kesusahan dalam sebuah post. Jadi self-love adalah sesuatu yang butuh proses karena Saya pikir jika Anda belum pernah mengalami rasa sakit, keraguan pada diri sendiri, atau mempertanyakan nilai Anda sendiri, akan sulit untuk mencapai level tertentu dari self-love.

Sejujurnya, banyak orang bertanya tentang apa sebenarnya arti self-love itu? Idenya terlihat cukup abstrak. Jadi Saya selalu coba membagikan hal paling sederhana dalam hidup seperti menyisihkan waktu 30 menit dalam sehari untuk membaca buku atau 15 menit untuk hening di pagi hari atau sebelum tidur. Untuk Saya, semua itu adalah bentuk self-love. Saya percaya kita tidak perlu menghabiskan banyak uang, bepergian keluar negeri, atay membeli sesuatu yang mahal untuk bilang kalau kita memberikan cinta bagi diri sendiri.

Bagaimana Anda menjaga kewarasan di masa yang tidak pasti saat ini?

Sejujurnya Saya mulai kehilangan akal. Saya cukup kewalahan dengan jumlah pesan WhatsApp yang datang setiap hari dari grup orang tua murid sekolah anak Saya. Dalam sehari, Saya bisa menerima instruksi belajar dai guru-guru mereka lalu di akhir hari kami harus melaporkan itu semua ke mereka. Pada mulanya semuanya baik-baik saja, tapi sekarang Saya tidak masalah jika anak-anak tidak bisa menyelesaikan satu tugas. Sekarang Saya belajar untuk hanya melakukan apa yang Saya bisa dan memahami kalau tidak semua hal harus sempurna. Saya tidak punya waktu untuk semuanya menjadi sempurna. Saat ini hanya lakukan saja, kumpulkan, dan laporkan yang Saya bisa. Karena pada akhirnya, kami, orangtua, adalah yang melakukan laporan lewat email. Sementara kami juga masih punya pekerjaan lain yang harus dilakukan.

Kembali lagi ke kurva belajar, semua tentang krisis ini. Tapi Saya memilih untuk tidak memperlakukannya sebagai sebuah krisis karena pandemi ini sebenarnya mendorong kita untuk mengubah cara hidup, berpikir, mengonsumsi, dan berinteraksi dengan orang-orang. Suka atau tidak, kita sekarang dilatih untuk menjadi fleksibel. Dunia berubah setiap hari dan virus ini kemungkinan hanya permulaan. Siapa tahu nanti mungkin akan ada lebih banyak pandemi yang datang?

Bagaimana cara Anda mengatasi semua itu?

Ada banyak yang perlu dipikirkan tapi itu hanya merangsang kita untuk menjadi lebih baik. Bahkan kita tidak bisa menyangkal kalau beberapa hari terasa lebih berat dari pada hari-hari lainnya, kita harus mengarahkan semua emosi tersebut. Mungkin Tuhan memberi tahu kita untuk melepaskan hal-hal yang tidak lagi menguntungkan seperti sistem bekerja, orang-orang toxic, atau produk yang tidak perlu diproduksi. Maksudnya, keuntungan itu penting karena namanya bukan bisnis kalau tidak menguntungkan. Tapi apa hanya itu saja?

Dalam hidup, apa yang mempersiapkan Anda untuk perjalanan bisnis dan menjadi orangtua?

Saya dibesarkan oleh banya perempuan kuat di keluarga. Tapi dua orang yang paling berpengaruh adalah nenek dan ibu. Nenek Saya adalah seorang pekerja keras. Dia dulunya hakim lalu pensiun untuk menjadi pengacara. Nenek Saya tipe orang yang hingga akhir hidupnya masih mendedikasikan diri pada pekerjaannya. Bukan karena butuh uang tapi karena dia sangat mencintai pekerjaannya. Dan saat itu masih belum banyak hakim senior yang sevokal dia. Dia sangat vokal dan berani. Di jamannya, ada banyak hakim yang disuap oleh pemerintah untuk menutupi sesuatu dan nenek Saya tidak menjadi bagian di dalamnya. Jadi dia mendapat banyak ancaman. Saya ingat seseorang mengirimkan potongan tangan di kotak pendingin karena nenek sedang mengerjakan kasus yang cukup berat. Tapi dia tidak menyerah dan akhirnya memenangkan kasus itu.

Darinya, Saya belajar banyak kalau perempuan bisa melakukan apapun dan bahkan bisa lebih kuat dari laki-laki, sejauh mereka tahu apa yang sedang dilakukan. Maksudnya, ketika kita mengatakan sesuatu, itu harus berdasarkan pengetahuan, fakta, atau data. Seperti nenek Saya pernah bilang, kita tidak boleh mengeluh tanpa memberikan kritik membangun.

Ibu Saya juga sangat mandiri dan kuat. Hanya saja lebih lembut dan tidak terlalu maskulin seperti nenek Saya. Keduanya membentuk pola pikir Saya. Mungkin Saya tidak akan menjadi feminis seperti sekarang tanpa mereka! Tapi pada waktu bersamaan, partner mereka dan Saya juga seorang feminis. Mereka percaya akan kesetaraan. Sepertinya lingkungan mendukung Saya menemukan suara dan menggunakannya untuk tujuan baik.

Sekarang Anda adalah seorang feminis yang bersemangat. Apakah masih ingat kapan hal tersebut menjadi penting untuk Anda?

Saya pikir itu adalah bagian dari menjadi dewasa. Dan Saya tidak pernah benar-benar mengidentifikasi periode tertentu dalam hidup di mana Saya memutuskan untuk menjadi sesuatu. Mungkin Saya sudah selalu berpikir seperti seorang feminis tapi tidak pernah menyebutkannya sampai Saya benar-benar memahami istilah tersebut. Tapi mungkin Saya mulai lebih sadar akan istilah ‘feminis’ ketika masih kuliah dan benar-benar menyadari bagaimana itu mempengaruhi Saya ketika lulus dan kembali ke Jakarta dari Australia untuk bekerja.

Saya melihat perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan di dunia kerja. Di Australia, sebut saja, ada laki-laki dan perempuan yang bekerja di posisi manajerial yang sama. Mereka akan mendapatkan bayaran yang sama. Jadi ketika Saya kembali ke sini, Saya mendapat pekerjaan sebagai asisten produser dan menyadari kalau kolega Saya, yang seorang laki-laki dan juga seorang asisten produser, mendapatkan gaji yang jauh lebih tinggi dari Saya. Maksudnya, kami bergabung di waktu yang hampir sama dan memiliki keahlian yang sama, jadi Saya protes ke bos tentang ini meskipun masih junior saat itu. Sejak saat itu, Saya tahu kalau Saya punya keberanian untuk berbicara.

Bagaimana itu mempengaruhi cara Anda membesarkan anak-anak?

Pengaruhnya sangat besar. Ruben dan Saya tidak pernah melarang anak-anak kami dengan ide yang spesifik gender. Sesederhana dengan tidak mengenalkan mainan berdasarkan gender atau warna ke mereka. Kami selalu bilang ke anak-anak kalau warna ada untuk semua orang. Untuk mainan, kami tidak masalah Lulla bermain mobil-mobilan atau Galan bermain masak-masakan. Faktanya, Ruben dan Saya lumayan mendorongnya untuk merasa nyaman di dapur seperti Lula dan Saya. Dan untungnya kami punya Ruben sebagai panutan. Bukankah laki-laki yang memasak itu sexy? Saya diberkati karena memiliki Ruben di hidup Saya dan kami sepakat untuk membesarkan anak-anak feminis.

Menurut Anda, apakah feminisme?

Feminisme adalah sebuah ideologi, itu bukanlah pilihan tapi sebuah keharusan untuk Saya dan suami. Banyak orang berpikir kalau percaya akan feminisme artinya membenci laki-laki. Itu salah. Faktanya, ada banyak laki-laki baik di luar sana yang adalah seorang feminis. Sebut saja, Aston Kutcher, Tom Hanks, Jimmy Fallon, suami Saya, ayah Saya. Banyak laki-laki di luar sana yang adalah seorang feminis karena tidak pernah menahan pasangan mereka untuk bertumbuh. Jadi ketika laki-laki bisa mendukung pasangan mereka untuk bertumbuh, itu sudah membuat mereka menjadi feminis. Dan sepertinya tanpa menjadi seorang feminis, Saya mungkin tidak akan bisa mempengaruhi para perempuan lain untuk berbicara.

Apa harapan dan mimpi untuk masa depan? Apa yang Anda ingin lihat dari generasi perempuan berikutnya?

Saya harap akan ada lebih banyak pemimpin perempuan di dunia. Saya harap di generasi anak-anak Saya akan ada lebih banyak perempuan memimpin perusahaan, organisasi, dan pemerintahan. Semoga saja akan ada presiden perempuan. Generasi kita sekarang memiliki lebih banyak feminis dibandingkan boomers, jadi Saya merasa ada secercah harapan yang semoga saja di masa depan akan ada gerakan lebih besar terkait feminisme. Saya harap anak-anak Saya akan terus menerapkan apa yang Saya ajarkan pada mereka ketika keluar ke dunia luar. Saya juga berharap akan banyak lebih banyak laki-laki feminis yang mendukung perempuan untuk bertumbuh. Dan, untuk para pembaca, Anda harus cerdas dalam memilih pasangan! Jangan menikah buru-buru dan karena tekanan. Nikahi seseorang karena Anda tahu dia bisa mendukung pertumbuhan Anda dan tidak akan pernah terintimidasi oleh kekuatan Anda.

Baca Juga: Mudahnya Tetap Bugar dan Berkonsentrasi Ketika Puasa

You May Also Like