Istilah ‘berkelanjutan’ jadi semakin luas digunakan banyak orang dalam dua tahun terakhir setelah mereka semakin sadar kalau apa yang dilakukan, tidak peduli sekecil apapun, bisa berdampak bagi lingkungan. Tidak terkecuali Andra Alodita. Lebih dikenal sebagai blogger gaya hidup dan kecantikan, Andra saat ini berusaha menjalani kehidupan yang sadar akan lingkungan. Selalu membaca dan penasaran bertanya kepada para pejuang lingkungan yang lebih berpengalaman, dia jadi lebih serius ketika kami membicarakan tentang menyeimbangkan perannya sebagai pembuat konten dengan kehidupan yang lebih berkelanjutan serta sampah kemasan dan apa yang bisa diubah tentang hal tersebut.

Teruskan membaca untuk tahu bagaimana dia menjalani kehidupan yang lebih sadar lingkungan!

Andra Alodita dan Perubahan Atmosfer yang Dilakukannya

Bisa ceritakan tentang momen di mana Anda menyadari kalau ingin menjalani hidup yang lebih berkelanjutan?

Saya tidak mempunyai resolusi tahun baru di Januari. Tapi, tiba-tiba, Saya terpikir, “Oh, Saya perlu mulai hidup lebih berkelanjutan.” Meski Saya sudah belajar membuat kompos dan memilah sampah dalam tiga tahun terakhir, baru sekarang ini Saya benar-benar mempraktikannya di rumah. Ini seperti panggilan hati. Sekarang Saya memiliki sistem pemilahan sampah di rumah. Sebenarnya mau dijadikan tempat daur ulang juga yang tidak sekadar menjadi tempat untuk mendaur ulang saja. Semoga, di kemudian hari, tempat Saya bisa menjadi titik untuk melakukan daur ulang sampah.

Bagaimana Anda mengkomunikasikan semangat untuk menjalani gaya hidup ini pada keluarga di rumah?

Orang pertama yang Saya ceritakan tentang piikiran untuk membuat perubahan menjadi kehidupan yang lebih sadar lingkungan adalah suami Saya. Saya bilang kalau mau mulai memilah sampah di rumah. Kami mulai dari mengosongkan dan membersihkan tempat sampah untuk memilah sampah tergantung komposisinya. Setelah sebulan trial dan error, kami akhirnya menemukan sistem yang sempurna. Lalu setiap tiga minggu, Saya melakukan pencatatan sampah di rumah untuk mengetahui jenis dan jumlah sampah yang dihasilkan keluarga dalam waktu tersebut dan apa yang bisa kita lakukan dengan sampah tersebut.

Pekerjaan sebagai blogger dan pembuat konten digital mengharuskan Anda menerima paket dan meninjau produk terbaru yang ada di pasaran. Bagaimana Anda menyeimbangkan sisi pekerjaan tersebut dengan kehidupan yang lebih berkelanjutan?

Saya suka membagikan tinjauan produk yang menurut Saya menarik. Tapi tiga tahun terakhir ini Saya cukup frustrasi dengan jumlah sampah pembungkus dari produk tersebut yang tersebar di segala tempat di rumah. Di mana Saya sampai tidak tahu harus diapakan itu semua. Hingga enam bulan yang lalu Saya mulai mengutarakan masalah ini ke brand yang mengajak kerjasama. Saya selalu secara terbuka bilang kalau tidak lagi menerima PR box. Saya mengerti kalau mereka mengeluarkan usaha dan biaya yang lumayan untuk setiap paket yang dikirim, tapi Saya memilih untuk hanya menerima produknya saja. Sempat berdiskusi dengan beberapa brand tentang keinginan Saya agar mereka mulai mempertimbangkan pilihan pembungkus mereka dengan sesuatu yang bisa dipakai lagi.

Bagaimana para followers merespons konten tentang perubahan gaya hidup Anda?

Sejujurnya, Saya tidak mendapat banyak respons dari jenis konten tersebut. Sudah setahun Saya membagikan cerita tentang hidup yang lebih berkelanjutan–dari mengganti pembalut dengan cawan menstruasi hingga kegiatan membuat kompos–tapi sepertinya orang-orang masih lebih tertarik pada jenis konten yang lain [tertawa]. Tapi lagi-lagi Saya mencoba mengerti pilihan mereka karena meskipun beberapa orang bilang kalau menjalani hidup yang lebih berkelanjutan adalah sebuah keharusan.

Saya percaya kalau ini lebih ke panggilan hari. Terlepas dari itu, Saya sangat senang karena menemukan teman-teman baru yang menyemangai untuk belajar lebih banyak tentang kehidupan yang lebih berkelanjutan. Sepertinya Saya selalu bilang kalau Saya juga sedang berjuang juga karena masih belum ada orang yang membuat kompos di lingkungan tempat tinggal Saya. Jadi Saya tidak punya orang untuk dijadikan tempat bertanya.

Apakah Anda merasa kalau memulai gaya hidup ini adalah sebuah panggilan hati?

Rasanya ini adalah perjalanan dan proses panjang. Seperti semesta atau sesuatu yang lebih besar dari Saya mengirimkan sinyal untuk ditangkap, dan itu adalah sesuatu yang cukup besar. Dan sejak Saya memulai perjalanan self-love, kadang-kadang Saya bertanya pada diri sendiri, “Apa yang sudah Saya lakukan untuk sesama?” Saya percaya kalau hidup semua orang memiliki maksud yang berbeda dan mungkin menjalani hidup yang penuh perhatian adalah cara untuk terkoneksi lebih dalam dengan diri Saya sendiri.

Siapa inspirasi Anda untuk menjalani hidup yang lebih berkelanjutan?

Dalam hal hidup minimalis, Saya mengidolakan Joshua Fields Milburn dan Ryan Nicodemus dari The Minimalist, Marie Kondo, dan Fumio Sasaki. Di ranah eco-living, Saya menyukai Lauren Singer dari Trash is for Tossers, Atit [Asri Puji Lestari], dan Wilma Chrysanti dari Kota Tanpa Sampah. Saya belajar banyak dari mereka.

Apa langkah terkecil yang bisa kita ambil untuk secara realistis membuat kehidupan kita lebih berkelanjutan?

Langkah kecil yang bisa diambil semua orang untuk hidup lebih bijak dan berkelanjutan adalah dengan menjadi lebih sadar dari terdiri dari apa rutinitas harian yang dilakukan. Contohnya Saya. Saya suka berbelanja dan tahu benar kalau Saya belum bisa berhenti dari hal tersebut. Jadi daripada membeli barang-barang baru, Saya coba berbelanja barang-barang lama dan pre-loved. Hal kecil lain yang bisa Anda mulai hari ini adalah membawa tempat makan dan botol minum sendiri ke manapun Anda pergi untuk membeli makanan dan minuman!

Baca Juga: Akun Instagram Wajib Follow Buat Anda yang Eco-Friendly

You May Also Like