Keberadaan pandemi yang merebak sejak awal tahun membuat sebagian besar warga dunia jadi harus berdiam di rumah untuk menghindari penularan yang mungkin terjadi. Tentunya pandemi ini berdampak ke semua orang, karena selain diam di rumah, aktivitas keluar-masuk antar-kota dan antar-negara juga ditutup selama hampir 6 bulan terakhir. Hal ini tentulah berpengaruh pada mereka yang aktivitasnya berhubungan dengan pariwisata. Tak terkecuali Kadek Arini, seorang travel blogger, yang tidak bisa ke mana-mana sejak Maret sehubungan dengan kondisi saat ini.
Sebagai full-time travel blogger, traveling tentu menjadi aktivitas utama yang dilakukan olehnya. Namun dengan keadaan sekarang, Arini harus beradaptasi dengan kegiatan sehari-harinya. Baca percakapan #cottoninkteam dengan perempuan Virgo ini tentang bagaimana menyesuaikan aktivitas sehari-hari selama pandemi, pengalaman uniknya ketika mengunjungi Kirgizstan, dan harapannya jika nanti pandemi berakhir.
Contents
- 1 Kadek Arini dan Harapannya untuk Dunia Pariwisata
- 1.0.1 Hi Arini apa kabar? Bagaimana kehidupan di rumah sejauh ini?
- 1.0.2 Mulai bulan ke berapa bisa menerima keadaan yang harus diam di rumah dulu selama pandemi berlangsung?
- 1.0.3 Bolehkah perkenalkan diri untuk pembaca yang belum tahu siapa Kadek Arini?
- 1.0.4 Sejak kapan mulai traveling dan apa yang membuat kamu ingin melakukannya?
- 1.0.5 Kalau mulai nge-blog sendiri dari tahun berapa?
- 1.0.6 Sampai saat ini, sudah berapa tempat dan negara yang kamu kunjungi?
- 1.0.7 Adakah cerita menarik dari tempat yang pernah kamu kunjungi dan tidak terlupakan. Seperti kejadian-kejadian lucu atau sesuatu yang berkesan atau menyentuh gitu?
- 1.0.8 Ada apa di Kirgizstan yang membuat kamu menyukai negaranya?
- 1.0.9 Adakah destinasi yang masuk di bucket list kamu?
- 1.0.10 Sebelum pandemi ini, terakhir traveling ke mana?
- 1.0.11 Bagaimana keadaan pandemi seperti sekarang ini berpengaruh pada pekerjaanmu dan bagaimana mengatasinya?
- 1.0.12 Jadi seperti membuat konten kuliner sebagai alternatif ya?
- 1.0.13 Bagaimana dengan konten di sosial media yang Arini punya? Adakah perubahan atau penyesuaian terkait kondisi seperti sekarang?
- 1.0.14 Melihat situasi sekarang di mana kita masih harus berada di rumah, orang masih tertarik gak lihat konten traveling?
- 1.0.15 Menurut Arini, setelah pandemi mereda, travel blogging di waktu mendatang akan jadi seperti apa sih?
Kadek Arini dan Harapannya untuk Dunia Pariwisata
Hi Arini apa kabar? Bagaimana kehidupan di rumah sejauh ini?
Pretty depressing [tertawa], tapi sudah bisa lebih beradaptasi sih. Awal-awalnya kan agak stres gitu karena biasanya gak pernah ada di rumah, sekarang di rumah terus. Tapi untungnya, aku kan mulai tinggal di apartemen ini dari Januari, pas banget gitu sama momennya. Maret datang, mulai pandemi dan stay-at-home, pas banget kita baru pindah dan lagi senang-senangnya dekor. Jadi ya gak terlalu masalah, kita bisa tinggal di rumah kita sendiri kan, bisa bebas.
Mulai bulan ke berapa bisa menerima keadaan yang harus diam di rumah dulu selama pandemi berlangsung?
Setelah tiga bulanan sih. Pokoknya dua bulan awal tuh agak kayak merasa aneh. Soalnya kan biasa kerjaan aku traveling, sekarang harus diam di rumah terus. Mana di apartemen juga gak terlalu besar kan dan gak ada taman juga, tamannya cuma di balkon doang.
Bolehkah perkenalkan diri untuk pembaca yang belum tahu siapa Kadek Arini?
Aku Kadek Arini Stepitula Gayatri, tapi biasanya orang kenalnya Kadek Arini. Aku seorang travel blogger, jadi aku ngeblog itu sudah sekitar 6-7 tahun. Punya akun Instagram yang kebanyakan berisi tentang pengalaman traveling aku, bisa cek di Instagram @kadekarini. Jenis traveling-nya kebanyakan solo traveling dan ke tempat-tempat adventure gitu.
Sejak kapan mulai traveling dan apa yang membuat kamu ingin melakukannya?
Sebenarnya dari kuliah. Kebetulan aku kuliahnya di Jogja. Di Jogja itu kan banyak tempat wisata bagus dan untuk mencapainya juga gak jauh. Kayak ke Solo dekat, terus ke Malang juga cuma 5 jam naik kereta dari Jogja, jadi bisa banyak yang dicapai dalam waktu cepat. Nah dari situ, biasanya setiap weekend kita bikin getaway. Jalan ke Solo atau ke tempat wisata mana gitu. Kebetulan aku juga suka foto kan dari SMA. Ya sudah aku kombinasikan saja. Dari foto-foto itu aku ceritakan tentang apa sih yang aku alami selama perjalanan itu.
Kalau memutuskan untuk jadi travel blogger sebenarnya dulu gak menjadikan itu sebuah pekerjaan sih. Jadi cuma karena aku mau membagikan pengalaman pas traveling saja. Banyak yang tanya bagaimana cara ke tempat yang aku datangi itu dan biayanya berapa. Terus karena banyak yang tanya dan pertanyaannya sama semua, ya sudah, mengapa gak aku tulis di blog saja. Supaya kalau misalkan ada yang tanya, tinggal aku kasih link-nya. Jadinya kan hemat waktu dan hemat energi. Lalu keterusan deh.
Sebenarnya lebih menitikberatkan pada kesukaan aku pada fotografi sih. Soalnya kalo dilihat dari jenis tulisan, aku bukan yang ahli atau penulis banget. Tapi cukup menjelaskan pengalaman aku.
Kalau mulai nge-blog sendiri dari tahun berapa?
Nge-blog itu sebenarnya dari SMA di 2007. Cuma memang blog-nya masih gado-gado, bukan tentang traveling karena kan SMA belum mulai traveling. Terus pas mulai kuliah, baru ada isi blog tentang traveling. Baru pas lulus kuliah aku fokuskan blog itu untuk traveling, jadi postingan yang gado-gado dulu aku hapus.
Sampai saat ini, sudah berapa tempat dan negara yang kamu kunjungi?
Aku gak menghitung kalau tempat, negara juga enggak. Tapi kayaknya sekitar 30-an negara lah.
Adakah cerita menarik dari tempat yang pernah kamu kunjungi dan tidak terlupakan. Seperti kejadian-kejadian lucu atau sesuatu yang berkesan atau menyentuh gitu?
Sebenarnya semua tempat gak terlupakan sih. Mungkin yang akan aku ingat seumur hidup tuh di 2012 pas pertama kali ke Jepang pakai uang sendiri, pertama kali keliling NTT selama 7 hari dari hasil tabungan sendiri, lebih yang kayak gitu sih. Ternyata aku bisa nabung sendiri dan bisa traveling ke destinasi impian. Dari situ aku percaya kalau sejauh apapun mimpinya, semua bisa tercapai asalkan kita mau kerja keras dan berusaha untuk mendapatkannya.
Kalau yang lainnya paling kemarin aku sempat ke Kirgizstan. Aku sudah lama ingin sekali ke sana. Tapi kan negaranya seperti antah berantah ya, orang juga jarang ada yang tahu. Paling biasanya orang tahu Kazakhtan dan tanya apakah itu adalah dua negara yang sama, padahal beda. Kirgizstan itu menurutku sangat-sangat unik karena di sana jarang sekali ada turis, tapi negaranya bagus banget.
Waktu itu kita ke sana seminggu roadtrip naik mobil dan sempat ditilang juga. Kirgizstan itu bukan negara maju meski ada pengaruh dari Eropa, ternyata di sana polisi suka menilang turis dan kita kena tilang akhirnya. Jadi mereka suka berhentiin orang gitu. Akhirnya kita bayar, aku lupa berapa jumlahnya. Terus di tempat penyewaan mobil, pemiliknya bilang untuk tidak mengacuhkan polisi yang meminta kita berhenti. Aku pikir, sama saja seperti di Indonesia ya, karena sebelumnya kita traveling di negara maju kan, gak pernah menyangka akan ada yang seperti ini.
Ada apa di Kirgizstan yang membuat kamu menyukai negaranya?
Dia tuh negara yang banyak pegunungannya dan bersalju. Termasuk dalam beberapa pegunungan tertinggi di dunia. Pemandangannya suka dibanding-bandingkan dengan New Zealand. Tapi menurut aku lebih bagus Kirgizstan dari pada New Zealand. Terus penduduknya nomaden kan, mereka masih ada campuran budaya Mongolia karena lokasinya berdekatan.
Aku juga sempat menginap di yurt, rumah tradisionalnya Kirgizstan. Warga asli Kirgizstan dulu tinggalnya berpindah-pindah dan gak pernah tinggal di rumah, yurt itu kayak tenda gak permanen yang biasanya ada di deket daerah pegunungan. Nah waktu itu aku tinggal di yurt yang berlokasi di kaki gunung. Di sana untuk sampai ke gunungnya, tinggi basecamp-nya 4500 mdpl, itu baru basecamp saja. Rinjani saja yang gunung tertinggi kedua di Indonesia tinggi puncaknya 3800 mdpl. Sementara di Kirgizstan, basecamp-nya berada di ketinggian 4500 mdpl. Nah kita waktu itu stay di yurt kaki gunung terus trekking sama suami aku selama 8-9 jam menuju ke basecamp. Pemandangannya di sana bagus banget. Kita juga ketemu yak, hewan yang cuma ada di suhu dingin. Yak itu seperti sapi berbulu banyak.
Adakah destinasi yang masuk di bucket list kamu?
Sebenarnya aku kan pengin banget ke Tibet. Pertama kali gak jadi karena gempa di Nepal. Harusnya tahun ini kalau gak ada pandemi aku ke sana. Sudah kontakan sama agen perjalanan di sana, karena kan Tibet gak bisa dikunjungi kalau gak sama agen perjalanan. Eh ada pandemi, gak jadi lagi deh. Mimpi aku masih Tibet sih.
Selain itu masih ada banyak sih. Tapi paling pertama Tibet karena termasuk jaraknya paling dekat dari Indonesia. Kedua Peru, tapi itu kan jauh banget. Dua itu sih. Aku suka negara-negara yang eksotis dengan budaya yang mencolok.
Sebelum pandemi ini, terakhir traveling ke mana?
Ke Singapura untuk urusan pekerjaan. Sebenarnya itu juga sudah ada pandemi, tapi belum masuk Indonesia karena masuk sini agak telat kan ya. Bahkan di akhir Februari aku masih di Jepang, awal Maret aku di Singapura.
Nah yang di Jepang itu kan juga urusan pekerjaan, diundang sama pemerintah Jepang. Di sana aku sempat demam karena ikut ski tour. Jadi kita tujuh hari bolak-balik ke tempat ski, ke area dingin, mungkin badannya gak sanggup makanya sempat demam. Terus aku gak boleh pulang kalau belum tes. Waktu itu di Jepang sudah ada kan, sudah mencapai 500 atau 800-an kasus gitu. Makanya aku tes swab di sana.
Itu pengalaman yang menarik sih. Aku cuma demam sedikit langsung disuruh tes swab. Untungnya saat itu negatif hasilnya, cuma karena kecapekan saja.
Bagaimana keadaan pandemi seperti sekarang ini berpengaruh pada pekerjaanmu dan bagaimana mengatasinya?
Pastinya berpengaruh banget ke pekerjaan. Apalagi kan tourism paling berdampak saat pandemi ini. Dua bulan pertama tuh pekerjaan jadi sepi banget, soalnya kan aku full-time travel blogger. Dari yang biasanya dalam sebulan bisa ada kerjasama dengan 20-an brand, ini jadi cuma ada satu atau dua tiap bulan. Kayak kaget saja sih, biasanya sibuk jadi harus menunggu pekerjaan. Tapi setelah lewat dua bulan, baru ramai lagi di bulan ketiga.
Selama pandemi, karena kita ragu kalau mau pesan makanan dari luar, akhirnya aku mau gak mau jadi masak di rumah. Makanya sekarang aku jadi bikin brand khusus makanan Bali yang resepnya aku bikin sendiri. Jadi kayak banyak hikmahnya saja sih ternyata di masa pandemi ini. Harus diam di rumah jadi banyak kreasi-kreasi masakan yang aku bikin.
Jadi seperti membuat konten kuliner sebagai alternatif ya?
Lebih ke konten ‘home’ sih. Home itu kan ada masak juga kan pasti, terus kayak cara simpan makanan di kulkas, cara dekor rumah supaya gak bosan, banyak yang seperti itu lah. Tapi karena aku sering membagikan yang seperti itu jadi bisa kerjasama dengan brand yang menyangkut hal tersebut. Untungnya ada yang seperti itu. Jadi gak selalu tentang traveling.
Bagaimana dengan konten di sosial media yang Arini punya? Adakah perubahan atau penyesuaian terkait kondisi seperti sekarang?
Kalau IG feed aku tetap unggah postingan traveling. Jadi aku unggah di IG feed karena kan masih banyak foto-foto lama yang belum diunggah kan ya. Tinggal tulis caption-nya saja. Tapi kalau IG story kan gak bisa karena agak repot ya kalau harus cari video-video lama. Jadi di IG story kebanyakan kontennya tentang ‘home’, sementara IG feed tetap konten traveling. Secara komposisi IG feed 80-90% isinya masih tentang traveling, sementara IG story kebalikannya.
Melihat situasi sekarang di mana kita masih harus berada di rumah, orang masih tertarik gak lihat konten traveling?
Aku lihat sekarang ini sudah banyak brand bahkan institusi pemerintahan yang mengkampanyekan traveling di era new normal. Sudah banyak juga tawaran kerjasama yang mampir ke aku. Tapi untuk saat ini aku memang belum mau mengambil yang harus dijangkau lewat jalur udara. Untuk saat ini ya, belum tahu nanti ke depannya. Aku masih pikir kalau memang belum darurat banget, gak usah terbang dulu lah. Kecuali untuk staycation.
Kalau staycation kayak di Bandung atau Jakarta mungkin aku masih mau mendukung. Aku mengerti untuk orang-orang yang sering traveling terus harus diam di rumah dalam waktu lama pasti stres. Apalagi kalau rumahnya bukan tipe yang nyaman atau orangnya bukan orang rumahan, itu kan memang agak susah ya. Tapi aku sendiri belum mau mengajak orang untuk terbang kalau gak ada kedaruratan seperti pekerjaan atau bertemu keluarga.
Aku lihat beberapa teman-teman travel blogger sudah ada yang mengkampanyekan traveling di era new normal. Responsnya sih cukup positif, banyak orang yang pengin tahu apa saja syaratnya kalau misalnya harus terbang. Dari aku sendiri melihatnya orang sangat haus jalan-jalan, apalagi mereka ‘dikurung’ dalam waktu cukup lama. Menurutku kalau vaksinnya sudah ada, akan ada revenge traveling sih. Orang-orang akan berbondong-bondong traveling ke mana pun. Cuma untuk sekarang ini aku belum mau ikut mengkampanyekan hal tersebut.
Menurut Arini, setelah pandemi mereda, travel blogging di waktu mendatang akan jadi seperti apa sih?
Aku punya mindset, ‘semuanya pasti akan kembali seperti sediakala, hanya menunggu waktu saja’. Jadi gak terlalu ambil pusing tentang itu. Sekarang kan diberitakan kalau vaksin sebentar lagi akan tersedia, harapannya di akhir tahun sudah ada, jadi awal tahun kemungkinan kita bisa traveling lagi. Dari pihak turisme dan warga lokal sekarang juga mulai bergandengan tangan untuk membangunkan kembali pariwisata. Menurut aku negara tanpa pariwisata tuh tidak mungkin ada karena banyak banget negara yang menggantungkan 80% pemasukannya dari sektor ini.
Jadi mungkin memang ini waktunya istirahat, tapi tetap percaya saja kalau nanti akan ada waktu untuk semuanya kembali ke sedia kala, tidak perlu khawatir soal itu. Tapi di waktu yang sama, sekarang karena kita belum bisa melakukan yang maksimal di bidang tersebut, ada baiknya kita memaksimalkan potensi lain dari diri sendiri. Aku lihat banyak juga teman-teman travel blogger karena harus di rumah, mereka jadi berolahraga, hidup lebih sehat, dan itu juga sesuatu yang bisa dijadikan konten kan. Fokuslah ke hal lain yang bisa kita lakukan secara maksimal untuk sekarang ini.
Baca Juga: 4 Cara Luangkan Waktu untuk Diri Sendiri